I. Masa
perintisan
Tahun 1303 H., seorang ulama besar ahli hikmah sufiyah bernama Ky. Hasan Ulama’-
Di usianya ke 80, putera dari Kyai Kholifah (Pangeran Kertopati
– salah satu pejuang dan penasehat spiritual Pangeran Diponegoro), mendirikan sebuah
Pesantren di daerah Takeran (dimana dulu masih masuk
wilayah Madiun sekarang masuk wilayah kab. Magetan Jawa Timur) pesantren tersebut terkenal dengan nama Pesantren Takeran. Pesantren ini masih bersifat tradisional (salaf) yang berbasis tarekat sathoriyah, Ky. Hasan Ulama sebagai imam (mursyidnya) dengan dibantu oleh Kyai Haji Muhammad Ilyas. Ribuan santri datang dari bebagai tempat
untuk menimba ilmu sekaligus sebagai murid tarekat. KH Muhammad Ilyas mangkat
pada tahun 1317 H. Kemudian digantikan Kyai Imam Tafsir
dan Kyai Muhammad Zaid.
Ky. Hasan Ulama
wafat Th. 1920 M. kemudian pesantren diteruskan putera sulungnya ; “ KH. Imam Muttaqien Bin Kyai Hasan Ulama ", dibantu kerabat dan sahabat, serta para murid
senior dengan tetap menggunakan sistem tradisional yang berbasis
tarekat sathoriyah. KH. Imam Muttaqien, wafat Th. 1936.
II. Masa Pembaruan/ Modernisasi
Wafatnya KH. Imam Muttaqien, mendorong putera sulungnya bernama Ky.
Imam Mursyid Muttaqien, mengadakan terobosan di usia beliau yang relative muda (
23 Th ), yaitu memordenisir pesantren. Tepatnya tanggal 16 September 1943, Pesantren Takeran, namanya di ubah
menjadi: PESANTREN SABILIL MUTTAQIEN ( PSM ), sekaligus
mendirikan lembaga pendidikan formal, dengan memadukan system tradisonal dan
modern; sehingga dalam periode ini telah dikenal pendidikan dengan sistem
“Kulliyatul Mu’allimin”, dan di era ini sebuah system manajemen pengelolaan
pesantren secara lebih terbuka, mencoba dikenalkan, sehingga pesantren tidak
hanya mengandalkan kharisma/ ketokohan figure saja, tetapi diperkuat dengan
sebuah system yang terorganisir, melalui sebuah perencanaan yang sistematis dan
simultan. Maka sejak periode ini, PSM melalui alumni/ murid yang berasal dari
berbagai daerah mendirikan cabang – cabang PSM, dengan pilar utamanya tetap
berbasis pendidikan. Esensi dalam masa pembaruan ini, adalah keberanian Ky.Imam
Mursyid, membedah tradisi pesantren “ sentries” yang berbasis tarekat
sathariyah, hanya mengandalkan charisma seorang kyai, di modernisir menjadi
sebuah lembaga pendidikan formal, dan menjabarkan pemahaman tarekat sathoriyah
secara individual (hubungan murid dan guru / mursyid) ke dalam misi dakwah bil
hal, melalui sebuah organisasi yang berbasis pesantren dengan nama “ Pesantren
Sabilil Muttaqqien ” (PSM), sehingga didalam PSM juga di berikan pedoman dan
landasan pesantren dalam bentuk “ Risalah Peraturan Umum " ( Anggaran dasar )
dan “ Risalah Peraturan Khusus " ( Anggaran rumah tangga ).
Perubahan nama ini (dari pesantren Takeran menjadi Pesantren Sabilil Muttaqien -PSM) tidak merubah tujuan utama pesantren Takeran yaitu Memancarkan pendidikan luas tentang Islam sehingga Pesantren ini dapat mengeluarkan sebanyak-banyaknya orang yang cakap dan luas serta tinggi kefahamannya tentang agama Islam rahin berbakti dan beramal kepada masyarakat, berdasarkan Taqwa kepada Allah, sehingga menjadi anggota masyarakat yang berilmu (terpelajar), beramal dan bertaqwa.
No comments:
Post a Comment