Sebuah
kekeliruan jika cerita pendek (cerpen) yang bertemakan percintaan dikatakan sebuah
picisan,lebih dari itu, cerpen terkadang disisihkan begitu saja keberadaannya. Pengertian
picisan selama ini dikaitkan erat dengan tema percintaan.Setiap cerita
bertemakan percintaan selalu disebut picisan,seolah-olah tema percintaan tidak
akan bisa menjadi karya sastra fiksi kolosal.
Seringkali orang
menyebut film yang kental cerita percintaan dengan sebutan karya fiksi picisan,seharusnya
bukan dan tidak harus seperti itu. Karya sastra fiksi dapat dikatakan picisan
manakala tidak mampu menyuguhkan cerita yang mampu “menyihir” para pembacanya
dikarenakan ceritanya seputar itu saja sehingga alurnya mudah ditebak dan
akhirnya pasti happy ending. Dengan kata lain karya sastra fiksi picisan adalah
karya sastra fiksi yang kuwalitas/mutunya sangatlah rendah yang tidak layak
untuk dibaca maupun ditonton.
Jadi sebuah
anggapan yang keliru jika sebuah karya sastra yang berkenaan dengan percintaan
selalu disebut karya sastra fiksi picisan, misalnya cerpen yang kental dengan
sosial kemasyarakatan,budaya,agama,primordial atau seksual (vulgar-red) yang
bermutu rendah,justru karya sastra fiksi inilah yang disebut picisan,sedangkan
karya sastra fiksi yang meledak-ledak (best seller-red) di pasaran bukanlah
picisan melainkan kolosal.
Selama ini banyak
karya sastra fiksi yang bertemakan drama percintaan selalu dianggap picisan padahal
faktanya karya itu laris di pasaran. Ambil contoh banyak film-film India yang
bertemakan percintaan masuk ke tanah air dan mendapat respon yang baik dari
mayoritas masyarakat Indonesia artinya cerita
fiksi tersebut mampu dan punya daya saing dengan cerita fiksi yang lainnya dengan
kata lain cerita fiksi itu berkuwalitas dan tidak layak disebut fiksi picisan. Misal
: Kuch-Kuch Hotahai,Mohabbaten dan Kabi Khusi Kabhigham.
Banyak kalangan
mengatakan bahwa film India itu picisan karena sangat kental dengan drama
percintaannya,akan tetapi ketika film itu digandrungi masyarakat dengan jumlah
yang banyak maka tidaklah pantas disebut picisan, melainkan kolosal meskipun bertemakan
drama percintaan,jadi percintaan itu tidak selalu identik dengan picisan. Sebuah
kesalahan besar jika karya sastra fiksi bertemakan drama percintaan ditolak
karena alasan picisan. Oleh karena itu sebelum dipasarkan cerita fiksi
bertemakan percintaan tersebut perlu dikaji dulu sehingga pemuatannya di media masa
sudah dalam pertimbangan yang matang. Ini juga perlu dilakukan terhadap
cerita-cerita lain yang tidak menyangkut percintaan saja,dengan demikian
pembaca dapat menilai cerita itu picisan atau bukan.
Saya rasa,demikian
halnya dengan cerpen percintaan,jika memang menurut redaktur cerpen percintaan
itu memang layak dimuat semestinya dimuat saja. sebaliknya jika memang tidak layak dimuat simpan saja di “
recycle bin ”nya redaksi. Saya rasa pembaca tahu bahwa karya itu adalah karya
bagus meskipun cerpen itu dibilang picisan,hanya saja pandangannya mengatakan
bahwa percintaan itu sama dengan picisan. Mereka tidak berani menyebut bahwa cerita
percintaan adalah cerita yang menarik akan tetapi sebenarnya mengakui bahwa
cerpen percintaan itu memang menarik.
Dalam perfilman
tema percintaan memang lebih mampu merebut perhatian masyarakat dibandingkan
dengan film-film lainnya. Bahkan semua sinetron di TV swasta ceritanya kebanyakan
tentang percintaan.artinya apa ? karya film bertemakan drama percintaan masih menempati
urutan teratas dibanding dengan tema lainnya.
Jadi, baik bagi penikmat maupun kritikus memiliki
dampak positif dalam menanggapi sebuah karya sastra.meskipun demikian apakah
dapat dipastikan bahwa kritikus akan selalu menghujat karya sastra yang kental
dengan percintaan ? lambat laun tentu arahnya tidak akan terbendung karena
memang saat ini karya sastra kita sedang dihadapkan pada tema-tema percintaan.
Saya yakin ini akan menjadi perhatian khusus dari pembaca sebagaimana munculnya
film India.
Penulis : Aprilia Eka Putri
Kelas : XII IPA MA Sabilil Muttaqien
No comments:
Post a Comment